Teknologi, di satu sisi memperbaiki dan mendukung kehidupan manusia, sementara di sisi lain menghancurkan. Teknologi selalu menyatu dengan konsekuensinya, teknologi tidaklah netral, demikian dikatakan Naisbit (1999). Teknologi Informasi (TI) adalah produk kreatif dari imaginasi dan mimpi manusia, keberadaanya telah menjadi bagian integral dari evolusi kultur manusia. Memanfaatkan TI secara efisien namun dengan hasil yang optimal adalah imperatif, untuk menggeser garis resultan konsekuensi agar (cenderung) berada pada sisi positif.
Diperlukan perubahan paradigma dan perilaku agar TI memberi manfaat melampaui biaya yang sudah dikeluarkan untuk investasi dan energi. Manfaat, bukan hanya memberi solusi komputasi, tetapi juga memberi sumbangan positif (baca: menjaga) alam semesta dalam bentuk mengurangi deforestasi atau kerusakan hutan. TI yang merupakan produk hitech memiliki konotasi dengan kota dan modernkok dikaitkan dengan hutan yang lebih dekat dengan “tarsan” dan primitif. Adakah kaitannya? Green computing adalah jawabannya. Meskipun kita jarang (atau bahkan tidak pernah) mendengar, ini bukan istilah baru dalam khasanah TI. Yang jelas, green computing bukan komputasi tarsan atau komputasi primitif, tetapi solusi komputasi modern dan beradab.
Adalah suatu sifat egois—secara individu ataupun organisasi– apabila memanfaatkan TI hanya untuk memberi solusi komputasi saja, menerima data dan mengolahnya menjadi informasi sehingga memiliki arti bagi stakeholders. Tetapi apabila stakeholders tersebut hanya berkaitan dengan informasi, dalam konsep green computing disebut shareholders. Konsep green computing mempertimbangkantriple bottom line (3BL)–manusia, planet, dan profit– sebagai stakeholders (en.wikiedia.org). Green computing adalah perilaku menggunakan sumber daya komputasi secara efisien, dengan cara memaksimalkan efisiensi energi, memperpanjang masa pakai perangkat keras, meminimalkan penggunaan kertas, dan beberapa hal teknis lainnya. Mengacu pada konsep 3BL, pengembangana sistem berbasis TI harus mempertimbangkan seluruh elemen stakeholders, tidak hanya memaksimalkan keuntungan shareholders saja.